Mungkin anda masih ingat cerita seputar “Penembak Misterius”,
yang pekerjaannya menyabut nyawa orang yang dianggap musuh
masyarakat (1983). Kadang siang bolong mereka menyatroni korbannya,
diambil pakai jeep Hardtop, lantas keesokan harinya media
memberitakan ditemukan mayat seseorang bertato dalam keadaan tewas
akibat diterjang peluru.
Saya kutipkan dari majalah Gatra
>KETIKA hantu “petrus” alias penembak misterius gentayangan di tahun
>1983, masyarakat di seantero negeri ini geger. Ketika itu para
>bromocorah — konon jumlahnya sekitar 1.000 orang– bertumbangan
>ditembus peluru yang dilepas lelaki berambut cepak. Mayat mereka dalam
>keadaan tangan terikat — kadang dimasukkan ke dalam karung–
>diletakkan di sembarang tempat. Hari demi hari, berita mayat misterius
>menghiasi halaman-halaman surat kabar. Suasana sungguh mencekam.
Sia-sia saja Benny Murdani (alm) menjelaskan kepada pers bahwa
penembakan tersebut adalah perang antar geng penjahat, sebab pak Harto
malah membeberkannya didalam bukunya “Suharto, Ucapan dan Tindakan.” –
sebagai tindakan yang terpaksa dilakukan lantaran melihat penjahat sudah
semakin brutal dalam memangsa korbannya. Sejatinya banyak orang yang
diam-diam memuji kebijakan ini, hanya dalam hati.
Rupa-rupanya, para calon korban sudah diidentifikasi namanya,
dibuat daftarnya dan dilaporkan. Team khusus yang terdiri dari penembak
jitu dan ahli culik diturunkan, kebanyakan dari Kopasus, beberapa
dari satuan lain.
Celakanya, dari sekian banyak nama, ada nama yang ia kenal
secara pribadi, yaitu saudaranya sendiri. Well, orang yang memang
berbakat berkelahi, berani, ulet, berstamina tinggi, kalau jadi
militer ya pantes, kalau sial ya jadi preman. Terpaksa digelar semacam
pertemuan keluarga. Dengan muka terlihat murung mereka mencoba
menyiasati jalan keluar dari ancaman “petrus”. Caranya dengan
mengevakuasi calon korban ke tempat lain yang dirasakan aman. Ternyata,
yang namanya hukum atau kebijakan apa saja masih tebang pilih alias
hanya berlaku kepada orang lain, serentak kena keluarga sendiri aturan
mulai diselewengkan.
No comments:
Post a Comment